BRICS merupakan sebuah singkatan dari “Brazil, Russia, India, China and South Africa” merupakan sebuah organisasi antarpemerintah yang berdiri pada 2009 (Chatterjee & Naka, 2022). Grup ini bertujuan untuk menjadi perkumpulan negara-negara berkembang dan melawan hegemoni ekonomi yang dimiliki oleh Amerika Serikat dan Eropa.
Pada tahun 2024 lalu, BRICS melakukan ekspansi dengan mengundang Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk bergabung dengan BRICS. Dengan bergabungnya negara ini, BRICS berganti nama menjadi BRICS+ (BRICS plus).
Indonesia dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto telah mengutarakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS, hal ini dilanjutkan dengan kehadiran Menteri Luar Negeri Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS+ di Kazan (Fajri & Chairunnisa, 2024), Oktober 2024. Hal ini disambut dengan baik dan BRICS+ telah mengumumkan diterimanya keanggotaan Indonesia pada hari senin, 6 Januari 2025. Hal ini disampaikan oleh Brasil sebagai ketua Pro Tempore saat ini.
Menteri Luar Negeri Sugiyono mengatakan bahwa bergabungnya Indonesia berdasar pada keinginan untuk meningkatkan solidaritas dengan negara-negara berkembang lain, dikenal dengan istilah Global South.
Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat insentif ekonomi dalam tindakan ini. Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi sebanyakm 8% selama masa kepresidenannya, sesuatu yang tidak pernah terjadi sejak tahun 1990-an. Dan salah satu cara untuk mencapai target ini adalah bergabung dengan BRICS+.
Menambah peluang Indonesia untuk mendapatkan investasi
Negara-negara anggota BRICS+ merupakan mitra dagang strategis Indonesia, dengan Tiongkok, India dan Brasil berada pada sepuluh besar negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia. Hal ini ditambah dengan Tiongkok dan India yang telah lama menjalin kerjasama ekonomi dengan Indonesia.
Bergabungnya Indonesia dalam BRICS+ akan memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra dagang yang terpercaya bagi negara-negara berkembang lainnya. Hal ini diharapkan bisa menambah kepercayaan pada stabilitas ekonomi dan potensi kerjasama ekonomi jangka panjang Indonesia, terutama pada sektor-sektor prioritas seperti energi, pangan, teknologi dan infrastruktur. Tidak hanya itu, Indonesia juga bisa menerima bantuan dari New Development Bank (NDB) yang memprioritaskan negara-negara anggota BRICS+.
Upaya untuk Membuka kerjasama dan ekspansi pasar Indonesia
Negara-negara anggota BRICS+ memiliki populasi penduduk yang sangat banyak, dengan jumlah total 3,7 miliar atau 46% dari total penduduk dunia dan tingkat konsumsi yang tinggi. Kondisi ini menjadikan BRICS+ sebagai pasar yang potensial untuk produk-produk Indonesia. Jika Indonesia berhasil membuka kerjasama ekonomi yang efektif, Indonesia akan mendapatkan pasar di wilayah Indo-Pasifik, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Latin.
Tantangan dan Status Ekonomi Indonesia dalam BRICS+
PDB per kapita Indonesia lebih rendah dibandingkan anggota BRICS+ lainnya, dilansir dari World Bank PDB Indonesia pada tahun 2023 mencapai $1,37 triliun, India memiliki PDB $3,5 triliun, Brasil $2,17 triliun dan Tiongkok sekitar $17,73 triliun. Kondisi indonesia ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang tinggi tetapi tingkat pembangunan ekonomi yang lebih rendah.
Tantangan lain adalah kondisi Indonesia yang masih sangat bergantung pada produksi dan ekspor sumber daya alam (SDA) seperti minyak sawit dan batubara. Nilai dari komoditas ini memiliki sifat yang mudah berubah dan dapat terpengaruh oleh ketidaktetapan naik turun pada keadaan / fluktuasi pasar. Yang berakibat pada perekonomian Indonesia tidak terdiversifikasi seperti negara-negara BRICS+ lainnya, dan PDB per kapita yang cenderung lebih rendah.
Misalnya, pembangunan ekonomi Brazil ditandai dengan pembangunan industri dan pertanian, serta sektor jasa yang terdiversifikasi, dibandingkan dengan Indonesia yang perekonomiannya masih bergantung pada sektor minyak dan gas.
Selain itu, terdapat kekhawatiran terhadap BRICS yang dapat mengancam dolar Amerika, Trump, Presiden Amerika terpilih, mengeluarkan pernyataan untuk memberikan tarif yang sangat tinggi bagi barang Impor negara anggota BRICS jika rencana pembuatan mata uang BRICS benar-benar direalisasikan (Reuters, 2025). Hal ini memunculkan kekhawatiran terganggunya hubungan Indonesia-Amerika, apalagi sampai saat ini Amerika masih menjadi salah satu pasar penting Indonesia di perdagangan Internasional.
Indonesia juga memiliki rencana bergabung menjadi anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), salah satu bentuk upaya meningkatkan kepercayaan investor asing. Akan tetapi ini merupakan sebuah langkah lambat, sebagian besar anggota OECD beranggotakan negara-negara barat pesaing BRICS+ dan masuknya Indonesia dalam institusi ini bisa dihambat dengan bergabungnya Indonesia dalam BRICS+.
Selain ancaman dari luar, terdapat ancaman lain dari sesama anggota BRICS, yaitu China dan India. Dikarenakan berada di dalam satu aliansi, kedua negara yang dikenal sebagai negara yang sering membuat banjir barang impor di Indonesia ini, tentu dapat menjadikan rusaknya harga pasar dalam negeri jika dibiarkan begitu saja.
Semua keuntungan dan kerugian tadi tetap tergantung pada kebijakan pemerintah kedepannya. Potensi hanya akan sekedar potensi jika pemerintah tak dapat mengambil keputusan yang tepat. Begitu pula dengan resiko, jika pemerintah berhasil memaksimalkan kerjasama, dengan tetap dapat membangun relasi yang baik dengan negara diluar BRICS, semua resiko diatas tidak akan menjadi kerugian yang nyata.
Daftar Pustaka
Chatterjee, M. and Naka, I. (2022) ‘Twenty years of BRICS: political and economic transformations through the lens of land’, Oxford Development Studies, 50(1), pp. 2–13. doi: 10.1080/13600818.2022.2033191.
.
Fajri, D.A. and Ninis Chairunnisa (2024). Prabowo Ungkap Keseriusan Indonesia Gabung BRICS saat di Brasil. [online] Tempo. Tersedia di: https://www.tempo.co/politik/prabowo-ungkap-keseriusan-indonesia-gabung-brics-saat-di-brasil-1169675.
Reuters (2025). Trump warns BRICS nations could face 100% tariffs. Reuters. [online] 13 Feb. Tersedia di: https://www.reuters.com/world/trump-warns-brics-nations-could-face-100-tariffs-2025-02-13/.
Ekon.go.id. (2024). Pemerintah Terus Maksimalkan Proses Aksesi OECD - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. [online] Tersedia di: https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/5801/pemerintah-terus-maksimalkan-proses-aksesi-oecd.
Copyright 2023 |Universitas Mulawarman